TEMPO.CO, Jakarta – Maskapai penerbangan Sriwijaya Air tengah terseok setelah menanggung utang ratusan miliar kepada PT Garuda Indonesia Persero Tbk. Utang itu berasal dari biaya jasa bengkel pesawat Sriwijaya di Garuda Maintenance Facility atau GMF dan groundhandling pesawat di Gapura Angkasa.
Komisaris Sriwijaya Air Yusril Izha Mahendra mengklaim utang terakhir yang ditanggung entitasnya kepada Garuda Indonesia senilai Rp 850 miliar. Utang itu justru membengkak setelah Sriwijaya Air melakukan kerja sama manajemen Garuda Indonesia dalam setahun terakhir.
“Selama setahun kerja sama dengan Garuda, utang kami malah terus naik. Rute kami juga banyak dipangkas,” ujar Yusril kala dihubungi Tempo pada Rabu, 4 Desember 2019.
Seperti diketahui, Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air melakukan kerja sama manajemen pada November 2018. Kerja sama yang berjalan hampir setahun itu bubrah karena silang pendapat soal biaya manajemen dan pembagian keuntungan. Puncaknya terjadi pada 6 November lalu, ketika anak usaha Garuda Indonesia menarik seluruh layanan perawatan pesawat Sriwijaya.
Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena menceritakan awal-mula puncak polemik Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air terjadi, hingga menyebabkan hubungan kedua entitas retak. Jefferson mengatakan hubungan entitasnya dengan maskapai pelat merah sejatinya sempat membaik setelah kisruh pertama.